Senin, 11 Agustus 2008

PENGGUNAAN HASIL TES PSIKOLOGI PADA LAYANAN BK

PENGGUNAAN HASIL TES PSIKOLOGI PADA LAYANAN BK


Pencapaian suatu hasil belajar merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Banyak sekali faktor yang berpengaruh pada siswa dalam mencapai hasil belajar. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal dapat berupa lingkungan belajar, fasilitas, keluarga, guru, dan lain sebagainya, sedangkan faktor internal dapat berupa kesehatan, motivasi, minat, bakat, maupun inteligensi. Kedua faktor tersebut berinteraksi dan saling mendukung.
Guru sebagai fasilitator yang bertugas menghantarkan siswa guna mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal dituntut untuk dapat mengerti, memahami dan mengarahkan siswa sehingga potensi yang ada dalam diri siswa benar-benar dapat diungkap, dikembangkan dan dimanfaatkan guna kebermaknaan hidup siswa tersebut. Terlebih Guru BK yang seringkali terpinggirkan dan ada sebagian yang menganggap sebagai the second teacher sebenarnya memiliki peran yang sangat penting guna membantu siswa berkembang secara utuh baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dalam melaksanakan perannya, Guru BK kadang membutuhkan bantuan alat guna memahami potensi yang ada dalam diri siswa dan mendeteksi faktor-faktor pendukung dan penghambat siswa dalam belajar khususnya faktor internal. Alat tersebut salah satunya adalah tes psikologi. Mengapa dikatakan salah satunya? Ya, karena masih banyak alat dan cara yang dapat digunakan untuk memahami potensi dan mendeteksi faktor pendukung dan penghambat siswa dalam belajar misalnya dengan observasi, wawancara, konseling dan studi dokumentasi.
Sebagai alat, psikotes memiliki fungsi prediksi, diagnosis, monitoring dan evaluasi. Sebagai alat yang berfungsi memprediksi, tes psikologi bertujuan untuk memprediksi potensi yang dimiliki siswa dalam kaitannya dengan pencapaian hasil belajar dimasa yang akan datang. Contoh tes psikologi dalam kaitannya dengan fungsi prediksi adalah penggunaan tes psikologi untuk memprediksi keberhasilan siswa dalam belajar disuatu jurusan tertentu.
Sebagai alat yang berfungsi mendiagnosis, tes psikologi akan memberikan gambaran mengenai penyebab, karakteristik, gejala, maupun tanda-tanda yang mengarah pada suatu gangguan, masalah atau penyakit yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Sebagai contoh, seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan tes psikologi guna mencari penyebab yang mengakibatkan kesulitan belajar tersebut. Dari hasil tes psikologi kita akan mengetahui penyebabnya, misalnya ada kemungkinan siswa sedang mengalami masalah dalam keluarga, masalah penyesuaian diri, atau mungkin memang ada gangguan pada saraf yang selanjutnya kita beri rekomendasi untuk melakukan pemeriksaan medis dan lain sebagainya.
Sebagai alat monitoring, tes psikologi akan membantu kita melihat seberapa jauh perkembangan dan kemajuan siswa mulai dari siswa tersebut diterima di sekolah, mengikuti pelajaran, maupun beraktivitas dan berkreasi di sekolah. Jika memang siswa tidak mengalami perkembangan atau kemajuan maka perlu ada bimbingan dan penanganan khusus bagi siswa tersebut.
Sebagai alat evaluasi, tes psikologi melanjutkan fungsi monitoring. Bila dari hasil tes terdahulu siswa yang dinyatakan bermasalah dikenai bimbingan atau penanganan. Setelah bimbingan dan penanganan tersebut, tentunya kita ingin mengetahui efektivitas dari pemberian bimbingan dan penanganan tersebut. Di sinilah tes pskologi kita gunakan untuk melihat perkembangan siswa setelah diberi bimbingan dan penanganan.

Manfaat Tes Psikologi:
Dibuatnya alat tes psikologi bertujuan untuk mengungkap aspek-aspek psikologi tertentu. Data-data yang diperoleh melalui tes psikologi tersebut kemudian dipergunakan untuk bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan, membuat perencanaan dan penanganan kasus-kasus tertentu yang terdapat dantara lain dalam bidang pendidikan, organisasi dan industri, pekerjaan dan lain sebagainya. Dalam bidang pendidikan, data hasil tes psikologi biasanya dimanfatkan untuk:
  • seleksi calon anak didik
  • penjurusan atau pemilihan program studi
  • perencanaan stdi anak didik pada tingkat yang lebih tinggi
  • program bimbingan karir
  • penanganan ada kasus-kasus tertentu yang sering terjadi dalam dunia pendidikan (misalnya siswa yang mengalami kesulitan belajar, anak berbakat, kesulitan dalam peyesuain diri, gangguan dalam konsentrasi.)

Penggolongan Tes Psikologi.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tes psikologi merupakan salah satu alat guna melihat potensi dan memprediksi faktor pendukung maupun penghambat siswa dalam belajar khususnya faktor internal yang berupa inteligensi, motivasi, minat, bakat dan lain sebagainya. Berdasarkan pernyataan tersebut, kita dapat membedakan tes psikologi menjadi empat macam yaitu:

  1. Tes Kecerdasan (tes inteligensi), bertujuan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Tes ini akan mengolongkan seseorang dalam tingkat-tingkat kecerdasan tertentu. Woodworth dan Marquis (Soemanto, 1998) mengklasifikasikan tingkat inteligensi manusia sebagai berikut:
    Kelas interval skor IQ
    Klasifikasi
    140 – ke atas Genius (luar biasa)
    120 – 139 Very superior (amat cerdas)
    110 – 119 Superior (cerdas)
    90 – 109 Average (rata-rata/normal)
    80 – 89 Dull (bodoh)
    70 – 79 Border line (batas potensi)
    50 – 69 Morrons (debile)
    30 – 49 Embicile
    Di bawah 30 Idiot



    Macam-macam tes inteligensi antara lain:
    - WAIS, WISC, WPPSI
    - BINET
    - IST (Intelligence Structure Test)
    - RAVEN (SPM, CPM, APM)
    - CFIT
    - TIKI
    - TIU
    - SON (tes untuk anak yang bisu dan atau tuli)
  2. Tes Kemampuan Khusus/Bakat, tes ini bertujuan mengukur kemampuan khusus/bakat siswa. Biasanya tes kemampuan bakat ini digunakan untuk membantu siswa dalam menentukan jurusan. Contoh tes bakat adalah GATB (General Aptitude Test Battrey), TBS (Tes Bakat Sekolastik) dan lain sebagianya.
  3. Tes Prestasi, tes ini bertujuan untuk mengukur performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal di kelas, tes presasi ini sering disebut sebagai tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, dan ujian masuk perguruan tinggi (Azwar,2000).
  4. Tes Kepribadian, tes ini bertujuan untuk mengungkap kecenderungan kepribadian seseorang. Tes ini bisa berbentuk tes proyektif maupun non proyektif. Tes proyektif biasanya membutuhkan media khusus untuk memproyeksikan dorongan, perasaan, maupun sentimen. Media tersebut bisa berupa bercak tinta, kartu/gambar maupun kalimat. Contoh tes kepribadian adalah tes grafis, TAT/CAT/SAT, tes Rorschach, EPPS dan lain sebagainya.

Kode etik dalam penggunaan tes psikologi dalam layanan BK
Meskipun guru BK sebagai konselor familier dengan berbagai tes dan hasil tes psikologi dalam layanan bimbingan dan konseling, namun sangat penting ditekankan bahwa ada aturan-aturan/batas-batas/ kode etik dalam menggunakan tes maupun hasil tes psikologi dalam bimbingan. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) mengemukakan Kode Etik Jabatan Konselor terutama bersangkut paut dengan testing sebagai berikut:
Suatu jenis tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya
Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri kepribadian yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas, misalnya taraf inteligensi, minat, bakat khusus, kecenderungan dalam pribadi seseorang.
Data yang diperoleh dari testing tersebut harus diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain.
Data hasil testing harus diperlakukan ”setaraf” seperti data dan informasi tentang klien.
Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada klien dengan disertai penjelasan tentang arti dan penggunaannya
Hasil tes hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan tidak merugikan klien
Pemberian sesuatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes yang bersangkutan
Kode etik ini perlu ditekankan kepada guru BK sebagai pengguna dan mungkin pelaksana adminstrasi tes supaya kerahasiaan dan keamanan siswa dapat terjaga.


Referensi:
Azwar S. 2000. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rustam A. & Irfan S. 2003.Psikotes Manfaat dan Keterbatasannya dalam Hand-Out Asesment dan Intervensi. Yogyakarta: Program Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada

Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Sukardi. D.K.1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta


1 komentar:

pronoger mengatakan...

saya tidak tahu salah apa tidak..setahu saya yang berhak melakukan pengadminstrasian tes dan melakukan analis maupun pelaporan hasil tes haruslah dari kalangan profesi yang berhak melakukannya..yaitu psikolog dengan strata magister profesi..saya rasa hal ini bukan ranahnya guru BK.